tamasyahore #01 : #tamasyatidung

Tanggal 1 dan 2 Mei lalu saya akhirnya berhasil mengajak sekumpulan bocah-bocah metropolitan, yang kalau ditotal menjadi dua kesebelasan sepak bola, ke salah satu pulau di kepulauan Seribu yang sejak tahun lalu mulai ramai dibicarakan orang.

Nama pulau ini adalah Tidung. Kalau kamu warga Jakarta, hanya perlu waktu tiga jam dengan kapal nelayan (bermesin, kok) untuk mencapai pulau yang belum punya minimarket ini (ya, jangan cari Circle K ya, apalagi 7 eleven!). Sebenarnya, rencana berlibur singkat ke pulau Tidung sudah ada sejak akhir tahun lalu. Namun namanya juga orang-orang sok sibuk, akhirnya rencana tamasya ini molor dan akhirnya saya justru bertamasya ke Tidung dengan formasi rombongan yang jauh berbeda dengan formasi rencana awal. Sebagian dari rombongan tamasyahore seri pertama ini justru teman-teman baru. Oya, kenapa saya beri tanda ‘#’, karena sejak persiapan hingga akhir Tamasya Tidung ini diupdate via Twitter. Selain memudahkan rombongan untuk tahu kabar terbaru, supaya bikin orang-orang iri dan segera ingin ke sana.

Nah, sepulangnya dari tamasya ini. Saya sering dihubungi teman-teman yang tertarik datang kesana. Biasanya, saya akan mengirim email berisi itenerary dan no kontak ke orang-orang yang bertanya ini. Hanya biasanya akan ada pertanyaan-pertanyaan yang mbrudul kayak anggur. Jadi, saya memutuskan untuk membahas pulau kecil ini di sini : )

Pulau Tidung memang jadi salah satu alternatif menyenangkan untuk (umumnya) warga Jakarta. Selain lokasi yang nggak terlalu jauh, biaya liburannya juga relatif murah. Lebih murah dari nonton konser garapan Javamusikindo, deh. Nah, karena dari segi biaya itu rendah. Per orang sekitar Rp.300.000 untuk dua hari satu malam. Jadi jangan mengharapkan akomodasi yang superciamik ala bintang lima. Penginapannya adalah rumah penduduk, karena (setahu saya) di Tidung belum ada fasilitas penginapan seperti hotel atau  losmen (kalau ngomong losmen, langsung terbayang empunya losmen itu pasti Bu Broto). Tidak ada AC. Jangankan AC, pakai kipas angin saja sudah sempat mati listrik. Jadi, buang jauh-jauh mental ‘manja-panas-sedikit-rewel’.

Muara Angke dan kapal menuju pulau Tidung

Begitu juga dengan transportasinya. Ada dua cara menuju pulau Tidung, yaitu dengan kapal nelayan dari Muara Angke atau speedboat dari Ancol. Kami memilih kapal nelayan dari Muara Angke yang punya jadwal berangkat hanya satu kali, yaitu jam 7 pagi. Jadi usahakan siap di Muara Angke jam 6.30 pagi. Buat yang malas bangun pagi, mendingan nggak usah ikutan kalau dari awal saja sudah mengeluh karena harus bangun subuh. Ha! Perjalanan tiga jam ini akan terasa sedikit menegangkan dan membosankan. Menegangkan karena kadang gelombang besar menerjang, membosankan karena durasinya sama kayak film Titanic. Jadi, jangan lupa sediakan hiburan untuk mengusir nyamuk. Mengusir kebosanan lah! Masak mengusir nyamuk?! (tapi beneran bawa anti nyamuk ya, karena bisa aja sedang musim nyamuk. pas saya ke sana sih nggak ada nyamuk).

matahari dari sudut Muara Angke

Sesampainya di Tidung, kami dibawa ke tempatpenginapan untuk rebutan kamar, istirahat dan bersih-bersih. Sekitar jam 12 siang, makan siang diantar ke penginapan. Yup, makan siang sudah diatur oleh guide kami selama di Tidung. Jadi terima beres saja. Menu makannya adalah nasi, 3 macam lauk dan buah plus air mineral kemasan (plus teh manis hangat saat sarapan). Sorenya, seluruh rombongan diajak ke tempat penyewaan sepeda. Setelah pilih-pilih sepeda, kami langsung melesat menuju Jembatan Tidung. Well, sebenarnya melesat adalah kata yang berlebihan karena selain sebagian rombongan sudah lama nggak naik sepeda, beberapa sepeda juga bermasalah. Rantainya sering lepas, bannya kempes. Jadi, pastikan sepeda dalam kondisi layak pakai sebelum melaju ke Jembatan Tidung.

Perjalanan dari tempat sewa sepeda ke Jembatan Tidung memakan waktu sekitar dua puluh menit. Bahkan bisa lebih lama dari itu kalau kamu seperti saya yang acara naik sepedanya diisi dengan foto-foto sambil menunggu anggota-anggota yang tertinggal. Namun, sesampainya di sana saya jamin (terutama yang jarang berlibur ke pantai) akan rianggembira melihat pemandangan laut dan Jembatan Tidung yang indah bagaikan telah mengalami proses PhotoShop. Lalu, manusia yang paling nggak nyaman difoto pun akan sukarela melompat di depan kamera. Airnya jernih dengan gradasi hijau dan biru yang melekat mesra dengan langit cerah.

menyapa pantai sekitar sembari bersepeda

Jembatan Tidung ini menyambungkan PulauTidung dengan Pulau Tidung Kecil. Pantai di pulau Tidung (besar) dan pulau Tidung Kecil cenderung tidak landai, jadi agak kurang nyaman juga kalau mau menghabiskan waktu di pantai. Setelah puas bermain di laut dan foto-foto di jembatan, dua kesebelasan ini langsung menuju tempat jajanan terdekat. Tempat jajan ini berada di area bagian depan Jembatan Tidung. Berbagai minuman dingin, es kelapa muda,  mie ayam, indomie, siomay, momogi sampai tori-tori-tori-cheese-crackerz. Hmm, okay..yang terakhir itu saya nebak saja.

hijau-toska-biru

Usahakan pulang ke penginapan sebelum matahari benar-benar sembunyi, karena jalan dari Jembatan ke penginapan lumayan remang-remang. Kecuali kamu membekali diri dengan kacamata infrared dan keberanian, sebaiknya cepat pulang sebelum jam enam sore. Apalagi anak perawan, anak perawan katanya nggak boleh di luar rumah setelah adzan maghrib.

Jembatan Tidung menuju Pulau Tidung Kecil

Di malam hari bisa dibilang tidak ada hiburan yang disediakan di sana kecuali sebuah warung kopi terbuka yang berada di Lampu Delapan. Begitu para penduduk menyebut lokasi yang berada di pinggir pantai ini, karena di sini ada sebuah lampu kuning besar berjumlah delapan (yaiyalah!). Lumayan lah untuk mereka yang nggak bisa tidur cepat dan haus keriaan. Bisa juga bawa kartu atau monopoli. Tinggal menggelar tikar lalu main hingga larut sambil ngopi atau makan kacang.

Lampu Delapan

Paginya, kalau tidak mengantuk bisa segera ke pantai bagian timur untuk melihat matahari terbit. Kebetulan saya dan teman-teman kurang beruntung karena mataharinya tertutup awan. Jadi kami langsung kembali ke penginapan untuk sarapan dan bersiap untuk snorkeling. Snorkeling dilakukan sekitar jam delapan pagi hingga jam sebelas atau duabelas siang. Rombongan akan diajak ke tempat penyewaan alat yang berada di pinggir pelabuhan untuk mengambil pelampung dan alat snorkeling. Setelah itu kami semua digiring ke kapal menuju tempat snorkeling. Snorkelingnya menyenangkan. Banyak ikan-ikan cantik dan karang. Tapi pastinya masih lebih banyak lagi tempat di Indonesia yang lebih nikmat untuk snorkeling (dan suatu hari saya akan ke sana! amin). Para anggota #tamasyatidung tampak girang dengan aktivitas selam menyelam ini.

(sebagian) rombongan #tamasyatidung

Setelah puas menyapa ikan-ikan kecil, kami kembali ke PulauTidung dengan tergesa karena harus segera bersih-bersih dan menyiapkan diri untuk pulang. Kapal menuju Muara Angke akan berangkat sekitar jam dua siang, dan acara snorkeling kami memang terlambat. Untungnya, si kapal masih rela nungguin dan akhirnya kami kembali ke Jakarta dengan perasaan gleyengan hingga tiga hari setelahnya. Mungkin karena ombak yang lumayan besar saat perjalanan kembali itu.

Nah, kembali bicara tentang biaya #tamasyatidung. Berikut ini breakdown dari biaya sekitar Ro.300.000/orang itu.

1. Penginapan dua hari satu malam

2. Makan (makan siang, makan malam, sarapan, makan siang)

3. Sewa sepeda

4. Sewa alat snorkeling

5. Sewa kapal snorkeling

6. Feri Muara Angke-Pulau Tidung-Muara Angke (Rp.68.000 PP)

Semua itu (kecuali no. 6) sudah diurus oleh guide dari Pulau Tidung, Pak Wardi (085693565464). Sementara untuk feri, kamu bisa tanya Pak Wardi untuk koordinatornya karena siapa tahu kamu beruntung seperti rombongan #tamasyatidung yang bisa bergabung dengan rombongan tamasya lainnya dalam satu feri.

Ini daftar perlengkapannya

1.    Duit. nggak janji ada ATM di sana, apalagi gesek. cih!
2.    Roti2 biar nggak laper pas perjalanan dan (siapa tahu) bosan seafood
3.    Minuman biar nggak haus.
4.    Cengdem A.K.A kacamata/kacamuka item
5.    Kamera kamera biar tetap aksi. Siapkan kamera underwater buat yang punya
6.    Kacamata renang
7.    Kaos minimal 5. malu ah kalo minjem
8.    Baju berenang dong ah!
9.    Jaket
10.  Charger HP/BB. Kalo perlu bawa colokan buat 3-5 charger biar nggak rebutan
11.  Tas kecil kalo mau bawa macem2 buat aktivitas luar kayak sepeda, dll
12.  Celana pendek
13.  Topi-topi centil (ini mah Lupus)
14.  Kain/sarung Bali buat yang perempuan biar heboh dan bisa jadi alas tidur
15.  Snack2 kecil buat dibagi2 sama teman2
16.  sabun, sampo, lotion, sunblock, odol, sikat gigi, handuk
17.  Tisu kering & basah
18.  Autan/soffell/saripuspa/apalah namanya buat ngusir nyamuk
19.  Kartu remi, kartu uno, kartu mentari, kartu XL, kartu AS, kartu IM3, kalo perlu kartu merah sama kartu kuning buat yg profesinya wasit
20. obat anti mabuk (laut)
21. Apapun yang bisa bikin meriah :D

Biasanya orang berlibur ke sana dua hari satu malam. Berangkat dari Muara Angke Jam 7 pagi, dan esoknya pulang jam 2 siang.

Oya, satu lagi. Sinyal di sana buruk. Kabarnya hanya provider berinisial XL yang relatif lancar. Selamat berlibur! Tunggu laporan liburan saya selanjutnya ; )

20 thoughts on “tamasyahore #01 : #tamasyatidung”

    1. tempat nginapnya rumah penduduk yang cukup nyaman, tapi saya nggak menyarankan bawa batita karena udara cukup panas dan kapal dari/menuju Pulau Tidung ini mencapai waktu 3 jam. Mungkin kalau naik speedboat dari Ancol (kabarnya 1 jam) lebih memungkinkan, tapi saya nggak tau infonya :)

  1. Waaaah bisa jadi iklan provider XL, nyambuuuung teruuuus :))

    Harus pake sunblock kyny yee. Aku akan menyusulmu ke Tidung juga :D

  2. Tulisan kamu kali ini hilarious banget dear!! Senang kan ke tidung..? hehe.. kamu gak luka2..? Entah kenapa tiap traveling ke pantai2 pasti aku kena karang, kebeset apa, dll. Hehe.. ini aja bekas kebeset karang di betis kadang masih suka nyut2.. Fotonya kurang gede dan kurang banyaaaak!! Btw.. bawa 5 kaos..? 5 kaos mah buat aku ngetrip seminggu!! *lebay*

    1. foto2 banyaknya di http://www.flickr.com/photos/nikeprima atau meluncur ke FB-ku saja yes? :D
      wah aku aman sentosa tuh sampe rumah tanpa goresan, tapi super gosong
      iya, sebenarnya itu agak lebay yah lima. tapi itu sebagai upaya pencegahan, kali aja yang baca orangnya slordig atau dikerjain sama temennya diceburin ke laut jadi masih ada cadangan :p

  3. Hallo Mbak Nike! Saya pertama tau blog ini dari blognya Lala Bohang (?) dan langsung saya follow, hehe.
    Mau nanya, emang kalo ga pake guide di pulau tidung bakal lebih mahal ya? Pengeeen kesana, tapi pengennya sih ga pake guide, biar lebih “bebas”.
    Ngomong2, 5 kaos untuk 2 hari 1 malem apa ga kebanyakan ya? hehehe.. :)

    -aini

    1. sepertinya ga pake guide pun ga apa2, hanya nanti agak repot mengurus penginapan..guide yg ada di Tidung bisa juga kok diminta tolong untuk mengurus penginapan saja, jadi saat Aini sampai sana paling nggak nggak repot-repot mengurus di mana harus tidur :)
      hehe, kalo soal kaos itu memang paling maksimal sih haha

  4. wah gak cucok niy buat ekhe yg bawa anak anak manja ada yg lebih mendingan gak ?? please di rilis dong :)

Leave a reply to nikenike Cancel reply