awal es krim vanilla

Singkat cerita aku tahu kenapa aku begitu menikmati permainan kita.


[awal]

begitu mengesankan.

Begitu lumer bagai es krim vanilla yang kamu jilati dengan semangat. Namun begitulah es krim vanilla. Rasa manisnya begitu sederhana. Mengingatkanmu dengan nyamannya masa kecil saat kamu tidak mengerti apapun selain manis. Namun kemudian kamu mulai bosan menjilatinya karena tak ada kejutan di sana. Setelah itu kamu telah terbiasa dengan es krim stroberi yang manis namun asam. Telah biasa dengan choco chips yang sesekali menawarkan rasa pahit. Bahkan tidak terhitung berapa kali kamu harus menghabiskan es krim blueberry, mint dan jeruk dalam satu waktu sekaligus.

Kamu dan aku sedang samasama merasa kelelahan dengan hantaman manis, asam, pahit, asin, gurih, hingga semriwing.

Lelah hingga lidah kita seakan kebas.

Saat itu kita memutuskan untuk melatih diri dengan sesuatu yang sederhana saja. Itu bisa didapatkan dengan Es krim vanilla. Tanpa taburan coklat atau almond. Tanpa sebuah ceri segar mengkilat atau potongan-potongan stroberi menggemaskan.

Tanpa usaha.

Tak ada yang menyangka. Ternyata kamu yang begitu rumit ternyata hanya membutuhkan semangkuk es krim vanilla.

Es krim Vanilla lumer dijilat.

Ups, setetes jatuh di punggung tanganmu

Lengket.

Kamu mulai terganggu.

Menyebalkan

[akhir]

bintaro, november 2008

4 thoughts on “awal es krim vanilla”

  1. namanya manusia emang ga pernah ada puasnya…selalu nyoba ini itu karena ingin ngedapetin rasa lain…rasa favoritnya…rasa yang emang sesuai sama “kemauan”nya…tapi sebenarnya yang “dibutuhkan” cuma satu rasa yang sederhana…ga banyak macem…tapi di balik kesederhanaannya itulah rasa itu bisa melengkapi…tsaaaaahhhh ngomong apa sih gw???

    gw suka banget, lo menganalogikannya dengan manis…mengingatkan gw sama Dee dengan Curhat buat Sahabat tapi versi absurd…hehehe

    Jadi pengen es krim…

Leave a reply to nikenike Cancel reply