Cinta (sedang) Buta

“Saya kangen sama kamu”

“Hus, kamu ngapain sih ngomong gitu?”

“Memangnya salah kalau saya kangen sama kamu”

“Nggak salah, sih. Cuma nggak pantes saja”

“Kenapa nggak pantes? Jadi saya nggak boleh bilang kalau saya kangen sama kamu.”

“Udah ah. Kamu ngelantur.”

“Lho, saya nggak ngelantur. Saya beneran kangen sama kamu.”

“Iya iya. Ngomongnya nggak usah kenceng-kenceng.”

“Memangnya kenapa?”

“Nggak enak aja”

“Kok nggak enak?”

“Nanti pacarku dengar. Kamu jangan dekat-dekat, dong. Nanti dia liat kita”

“Memang kalau pacarmu liat kita kenapa?”

“Ya, nanti dia marah.”

“Memangnya kalau dia marah kenapa?”

“Nanti aku diputusin.”

“Memangnya kalau kamu diputusin kenapa?”

“Aku nggak bisa hidup tanpa dia?”

“Lalu kamu anggap aku apa?”

“Umm..apa?”

“Kamu mendadak tuli, ya? Jadi kamu anggap saya apa kalau kamu tidak bisa hidup dengan laki-laki brengsek itu?”

“Dia nggak brengsek.”

“Maksud kamu?”

“Iya, dia nggak brengsek. Aku yang brengsek.”

“Berarti saya sudah bikin kamu jadi brengsek?”

“Kamu nggak brengsek. Aku yang bodoh.”

“Kamu tuh bodoh atau brengsek ? Masak sudah brengsek, bodoh juga. Untung kamu cantik.”

“…”

“Tapi kamu sebenarnya pintar.”

“Maksud kamu?”

“Iya. Buktinya laki-laki brengsek itu nggak tau kamu ngapain aja selama ini.”

“Dia nggak brengsek.”

“Iya iya. Apa kata kamu, lah.”

“Kamu marah?”

“Saya nggak marah. Saya bingung sama kamu.”

“Kenapa bingung?”

“Katanya laki-laki itu tidak brengsek, tapi kamu mau juga sama saya. Kamu itu maunya apa?”

“Aku nggak tau mau apa.”

“Kamu tuh jadi orang kok nggak tau mau ngapain. Terus selama ini kita ini ngapain?”

“Nggak tau.”

“Nggak tau?”

“Iya. Nggak tau.”

“Mau sampai kapan kita begini?”

“Nggak tau. Ngapain sih dibahas? Kamu sudah nggak mau sama aku lagi?”

“Bukan begitu, tapi aku juga lelah.”

“Kamu gimana, sih? Waktu deketin aku, kamu bilang cinta tidak harus memiliki.”

“Iya. Tapi lama-lama saya sadar kalau saya makin lelah.”

“Jadi sekarang kamu ingin putus?”

“Lho? Memangnya kita pacaran?”

“Kok kamu ngomong gitu?

“Ya, memang gitu, kan? Memangnya kamu mau punya dua pacar?”

“Nggak. Pacarku satu. Dia”

“Laki-laki brengsek itu?”

“………”

“………”

“Saya kangen sama kamu”

“Aku juga”

“Keluar, yuk”

“Yuk”

Bintaro, 17-18 April 2008

7 thoughts on “Cinta (sedang) Buta”

  1. “Mau ke mana?”
    “Terserah kamu, aku ikut saja.”
    “Jangan sampai ketahuan sama pacarku.”
    “Kenapa? Kamu takut ke dia?”
    “Halah, kamu juga takut sama dia.”
    “Semua orang takut sama dia.”
    “Dia sebenarnya lelaki baik.”
    “Kecuali kalau dia marah.”
    “Ya, kecuali itu.”
    “Apakah yang terjadi kalau dia mengetahui hubungan kita?”
    “Dia akan marah besar.”
    “Sama seperti saat pemerintah Amerika mengejar-ngejar dia?”
    “Mungkin lebih marah dari itu?”
    “Dia bisa menghancurkan tank jika marah?”
    “Dan helikopter…pesawat tempur…”
    “Dia berubah jadi hijau jika marah?”
    “Iya, sinar gamma mengubah segalanya.”
    “….”
    “….”
    “Gimana kalau kita nonton dvd aja di sini.”
    “Ok, terserah kamu saja.”

    Thamrin, 19 April 2008

  2. niek..
    maksudnya buah cinta itu kalo ditilik lebih jauh ada 2 buah
    yaitu anggur dan apel,
    heuheuheuheu..iseng banget yah

    emang paling enak ngomongin cinta..
    apalagi yg kontroversial kaya gini
    ehuehuehuehuheu…

  3. nikeeee… I really like this….
    kereeennnn bgt ke…

    btw ajarin aku dong.. aku juga suka nulis..
    ada aturannya yah utk nulis prosa???

  4. Hai, kamu memang suka nulis, kan?
    Ayo, sama-sama rajin-rajin menulis
    Aku mah nggak bisa ngajarin. hehe. jadi sama-sama belajar aja yuk

Leave a reply to CipLuK Cancel reply